Jumat, 29 Januari 2016

MENJADI LEBIH BAIK…. YAA… LEBIH BAIK…. ^^



Assalamualaikum….
Aku rindu kalian… aku rindu kalian… Aku tak sabar… Aku ingin kita bersatu keyakinan…. Tidakkah indah persahabatan yang dilandaskan sebuah keimanan? Tidakkah itu terlihat amat sangat manis… ketika obrolan dan diskusi kita tidak hanya sebatas dunia, dunia dan dunia… ketika obrolan dan setiap langkah kita itu mengandung sebuah hikmah tersendiri…?
Perlahan… bersabar…. Apakah mungkin terkadang nasehatku itu terkesan mengatakan “Aku Lebih Baik dari Kalian!!!” a’udzubillah…. Terlebih untukmu yang sekarang memang berada amat sangat dekat di sampingku…. Sebenarnya rasanya seribu satu strategi memenuhi otakku bagaimana aku bisa menggandengmu tanpa meninggalkan luka di hatimu…

Minggu, 24 Januari 2016

Free Download mp3 Al-Qur'an

Free Download MP3 Qur'an dari Mishary Rasyid al-Afasy
1. Al-Fatihah ↹ http://j.mp/1skRJ4A
2. Al-Baqarah ↹ http://j.mp/1skRLJV
3. Ali `Imran ↹ http://j.mp/1skRIxH
4. An-Nisa' ↹ http://j.mp/1skRLtt
5. Al-Ma'idah ↹ http://j.mp/1skRIxI
6. Al-'An`am ↹ http://j.mp/1u001ot
7. Al-'A`raf ↹ http://j.mp/1skRLJU
8. Al-'Anfal ↹ http://j.mp/1skRLtx
9. At-Tawbah ↹ http://j.mp/1skRM0h
10. Yunus ↹ http://j.mp/1skRLJT
11. Hud ↹ http://j.mp/1skRIOf
12. Yusuf ↹ http://j.mp/1skRLtu
13. Ar-Ra`d ↹ http://j.mp/1skRJ4B
14. Ibrahim ↹ http://j.mp/1skRIxP
15. Al-Hijr ↹ http://j.mp/1skRIO4
16. An-Nahl ↹ http://j.mp/1skRIOe
17. Al-'Isra' ↹ http://j.mp/1skRIxQ
18. Al-Kahf ↹ http://j.mp/1skRIxR
19. Maryam ↹ http://j.mp/1skRLJK
20. Taha ↹ http://bit.ly/1skRM0g
21. Al-'Anbya' ↹ http://j.mp/1skRLJM
22. Al-Haj ↹ http://j.mp/1skRIxK
23. Al-Mu'minun ↹ http://j.mp/1skRLtr
24. An-Nur ↹ http://j.mp/1skRJ4C
25. Al-Furqan ↹ http://j.mp/1skRLto
26. Ash-Shu`ara' ↹ http://j.mp/1skRJ4D
27. An-Naml ↹ http://j.mp/1skRLJZ
28. Al-Qasas ↹ http://j.mp/1u001ov
29. Al-`Ankabut ↹ http://j.mp/1skRIOg
30. Ar-Rum ↹ http://bit.ly/1skRIO8
31. Luqman ↹ http://bit.ly/1skRIxO
32. As-Sajdah ↹ http://j.mp/1skRLtn
33. Al-'Ahzab ↹ http://bit.ly/1skRJ4E
34. Saba' ↹ http://j.mp/1skRIOd
35. Fatir ↹ http://j.mp/1skRIxG
36. Ya-Sin ↹ http://j.mp/1skRLK3
37. As-Saffat ↹ http://j.mp/1skRIOc
38. Sad ↹ http://j.mp/1skRLJL
39. Az-Zumar ↹ http://j.mp/1skRLK0
40. Ghafir ↹ http://j.mp/1skRLtv
41. Fussilat ↹ http://j.mp/1skRXsv
42. Ash-Shuraa ↹ http://j.mp/1skRWVI
43. Az-Zukhruf ↹ http://j.mp/1skRXsA
44. Ad-Dukhan ↹ http://j.mp/1skRWF1
45. Al-Jathiyah ↹ http://j.mp/1skRXbX
46. Al-'Ahqaf ↹ http://j.mp/1skRWF2
47. Muhammad ↹ http://bit.ly/1u0057O
48. Al-Fath ↹ http://j.mp/1skRWF5
49. Al-Hujurat ↹ http://j.mp/1skRWVr
50. Qaf ↹ http://j.mp/1skRUgt
51. Adh-Dhariyat ↹ http://j.mp/1skRUwM
52. At-Tur ↹ http://j.mp/1skRXsz
53. An-Najm ↹ http://j.mp/1skRUgz
54. Al-Qamar ↹ http://bit.ly/1skRUx4
55. Ar-Rahman ↹ http://j.mp/1skRWF9
56. Al-Waqi`ah ↹ http://j.mp/1skRXst
57. Al-Hadid ↹ http://j.mp/1skRWVu
58. Al-Mujadila ↹ http://bit.ly/1skRUwZ
59. Al-Hashr ↹ http://j.mp/1skRWF0
60. Al-Mumtahanah ↹ http://j.mp/1skRUgv
61. As-Saf ↹ http://j.mp/1skRWVC
62. Al-Jumu`ah ↹ http://bit.ly/1skRWF4
63. Al-Munafiqun ↹ http://bit.ly/1skRWF8
64. At-Taghabun ↹ http://j.mp/1u0057N
65. At-Talaq ↹ http://j.mp/1skRUx1
66. At-Tahrim ↹ http://j.mp/1skRUwP
67. Al-Mulk ↹ http://j.mp/1skRWF3
68. Al-Qalam ↹ http://bit.ly/1skRUgx
69. Al-Haqqah ↹ http://j.mp/1skRUgs
70. Al-Ma`arij ↹ http://bit.ly/1skRWVJ
71. Nuh ↹ http://j.mp/1skRWEX
72. Al-Jinn ↹ http://j.mp/1skRWFb
73. Al-Muzzammil ↹ http://bit.ly/1skRUgr
74. Al-Muddaththir ↹ http://bit.ly/1skRWVB
75. Al-Qiyamah ↹ http://j.mp/1skRWEZ
76. Al-'Insan ↹ http://j.mp/1skRUwN
77. Al-Mursalat ↹ http://j.mp/1skRWVt
78. An-Naba' ↹ http://j.mp/1skRUgw
79. An-Nazi`at ↹ http://j.mp/1skRWVx
80. Abasa ↹ http://j.mp/1skRWVy
81. At-Takwir ↹ http://j.mp/1skRXsx
82. Al-'Infitar ↹ http://j.mp/1skRXbW
83. Al-Mutaffifin ↹ http://bit.ly/1skRUgy
84. Al-'Inshiqaq ↹ http://j.mp/1skRUwW
85. Al-Buruj ↹ http://bit.ly/1skRXsy
86. At-Tariq ↹ http://j.mp/1skRUgu
87. Al-'A`la ↹ http://j.mp/1skRUx5
88. Al-Ghashiyah ↹ http://j.mp/1skSo6g
89. Al-Fajr ↹ http://j.mp/1skSnPO
90. Al-Balad ↹ http://j.mp/1skSnPL
91. Ash-Shams ↹ http://bit.ly/1skSo6d
92. Al-Layl ↹ http://j.mp/1skSo6k
93. Ad-Duhaa ↹ http://j.mp/1skSo6a
94. Ash-Sharh ↹ http://bit.ly/1skSnPM
95. At-Tin ↹ http://j.mp/1u00d79
96. Al-`Alaq ↹ http://j.mp/1skSqLk
97. Al-Qadr ↹ http://j.mp/1skSnPP
98. Al-Bayyinah ↹ http://bit.ly/1skSo68
99. Az-Zalzalah ↹ http://j.mp/1skSnPN
100. Al-`Adiyat ↹ http://bit.ly/1skSo6e
101. Al-Qari`ah ↹ http://j.mp/1skSo69
102. At-Takathur ↹ http://bit.ly/1skSqLh
103. Al-`Asr ↹ http://bit.ly/1skSlaC
104. Al-Humazah ↹ http://j.mp/1skSlau
105. Al-Fil ↹ http://j.mp/1skSnzg
106. Quraysh ↹ http://bit.ly/1skSlaz
107. Al-Ma`un ↹ http://j.mp/1skSnzj
108. Al-Kawthar ↹ http://bit.ly/1skSlax
109. Al-Kafirun ↹ http://j.mp/1skSnzl
110. An-Nasr ↹ http://j.mp/1skSlav
111. Al-Masad ↹ http://j.mp/1skSnPy
112. Al-'Ikhlas ↹ http://j.mp/1skSlat
113. Al-Falaq ↹ http://j.mp/1skSnzf
114. An-Nas ↹ http://j.mp/1u00eYJ
 jangan lupa sebar supaya menjadi amal jariyah untuk kita semua.
1. diizinkan untuk mencopy paste link
2. diizinkan untuk dipasang di blog atau page facebooknya
3. diizinkan untuk menyebarkan filenya
4. hak cipta hanya milik Allah.
Barakallahu fiikum

Selasa, 30 Juni 2015

Assalamualaikum Wahyuni... ahiin bik!😄


16 Mei 2015
Dan akupun juga berharap malam ini akan begitu panjang untuk dilalui...
hingga tiba datangnya pagi dan bisa aku perpanjang hingga satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu atau bahkan nanti hingga kita berdiri dengan gagahnya mengenakan toga yang kita impi impikan...
Terlalu cepat.. Ya terlalu cepat untuk berpisah...
tak ada yang tahu... Yah... Meskipun pindah di kota yang sama...
tapi aku merasa begitu jauh...
manisnya persahabatan itu akan benar terasa ketika tiba waktunya berpisah...
saudariku seagama... Seperjuangan...
dan aku begitu bersyukur kita dipertemukan...
di masa lalu aku berfikir, bercita-cita mungkin kita memang ditakdirkan bertemu di tempat ini, di sini... Dan kita lalui hari-haribersama...
hingga tiba saatnya nanti... Menjadi seorang sarjana 🎓...:)


18 Mei 2015
Bukan masalah gelap, aku hanya takut tersesat...

hidup sendiri itu menurutku sulit...
tak ada tempat bersandar ataupun berkeluh kesah selain Rabb kita...
aku ingin berbagi cerita... Bersenda gurau bersama...
ya... Aku rindu... I miss the time when you were round...
ternyata terlalu banyak waktu yang terbuang sia-sia...
Waktu dimana kita masih memiliki cerita yang sama....
maaf...
Aku hanyalah seorang yang penuh kekurangan...
Yang tak luput dari kekhilafan...
Mungkin terkadang aku memilih diam ataupun pergi menghilang...

Maaf...
bila terkadang lisan ii meniggalkan luka...
melukiskan lara...


Minggu, 17 Mei 2015

Paradigma Integrasi dan Interkoneksi Dalam Perspektif Islam


Ketika penulis mendapatkan tugas sebagai Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 2002, konsep integrasi dan interkoneksi menjadi wacana yang aktual bagi kalangan akademisi di IAIN Sunan Kalijaga. Sebagai direktur ketika itu, maka penulis meresponnya dengan mengubah/menambah kurikulum yang ada, dengan menambah tiga mata kuliah yang dipandang sangat penting waktu itu, yaitu 1) metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, 2) agama, filsafat dan sains, dan 3) isu-isu global. Mata kuliah tersebut diajarkan dengan pendekatan intregratif dan interkonektif.
Ketiga mata kuliah ini menjadi bagian utama untuk melakukan integrasi dan interkoneksi yang dimulai dengan menata metodologinya terlebih dahulu, dengan menyatukan mata kuliah metodologi penelitian filsafat, agama dan sosial, yang diajarkan oleh masing-masing ahli di bidangnya, dengan harapan integrasi dan interkoneksi itu bisa dikembangkan dengan landasan metodologi yang mantap. Pada hakikatnya konsep integrasi dan interkoneksi harus dimulai dari integrasi dan interkoneksi metodologinya. Tanpa dasar metodologi yang kuat, maka integrasi dan interkoneksi hanya akan menjadi hal mengawang-awang, tidak jelas dan tidak pernah bisa membumi.
Kemudian mata kuliah agama, budaya dan sains diajarkan dengan tujuan untuk melihat sesuatu masalah dari pendekatan lintas agama, budaya dan sains, sehingga integrasi dan interkoneksi dengan sendirinya akan terbentuk dan terbawa dalam melihat setiap masalah kehidupan dan kemanusiaan. Matakuliah ini sangat penting, karena mata kuliah ini diharapkan dapat mengembangkan paradigma integrasi dan interkoneksi melalui pembentukan tradisi akademik yang berdimensi lintas agama, lintas budaya dan lintas sains, dan ini menjadi tuntutan menjawab problematika kontemporer yang tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan tunggal keilmuan. Masalah kemiskinan, kesejahteraan dan perdamian tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal, baik ekonomi semata-mata, demikian juga pendekatan tunggal sosial, politik, budaya mau pun agama.
Selanjutnya mata kuliah isu-isu global ditambahkan sebagai aktualisasi paradigma integrasi dan interkoneksi secara praksis untuk memahami, mendalami dan menganalisis problematika global sebagai fenomena aktual masa kini yang sudah merupakan fenomena global, yang mau tidak mau, pendekatan integrasi dan interkoneksi itu mutlak dipergunakan. Tanpa integrasi dan interkoneksi keilmuan, kita tidak mungkin dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah global. Penulis sendiri waktu itu mengajar aspek budaya dalam sains dan agama, bersama dengan Prof Amin Abdulah aspek agama dan Prof Choiril Anwar dari Universitas Gadjah Mada aspek sains, dan penulis pada aspek kebudayaan.
FILSAFAT ISLAM SEBAGAI METODA
Menurut pandangan penulis, filsafat Islam mempunyai potensi aktual untuk mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman secara praksis. Tanpa dasar filsafat Islam, rasanya sulit untuk dapat mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu-ilmu keislaman. Dalam tahap ini, filsafat Islam harus diletakkan sebagai metodologi berpikir, bukan diletakkan pada kajian tokoh-tokohnya dan pemikirannya saja, atau hanya fokus pada tema-tema filsafat saja serta periodisasinya.
Pada hakikatnya setiap studi keislaman, selalu mempunyai dasar filsafatnya sendiri-sendiri. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat adalah induk dari setiap ilmu pengetahuan. Karena itu setiap cabang ilmu sesungguhnya mempunyai landasan filsafatnya sendiri sendiri. Ilmu hukum dengan filsafat hukumnya, demikian juga filsafat eknonomi untuk ilmu ekonomi, fisafat politik untuk ilmu politik, juga arsitektur dengan filsafat arsitekturnya dan seterusnya.
Filsafat Islam sebagai metoda, akan mengintegrasikan dan menginterkoneksikan studi-studi keislaman dalam suatu world view yang multidimensional. Dalam buku “Filsafat Islam Sunah Nabi Dalam Berpikir” penulis menyusun cara berpikir Islam yang dikonstruk dari tradisi berpikir Nabi sendiri dalam menjawab berbagai kasus. Dalam sejarah kenabian, terlihat bahwa para nabi dalam menjawab suatu masalah,tidak selamanya bergantung pada wahyu. Demikina juga yang dialami nabi Muhammad Saw., terutama dalam tradisi berpikir beliau sebelum usia empat puluh tahun, atau sebelum beliau menerima wahyu, sedangkan setelah usia empat puluh tahun itu berada dalam konstruksi dialektik antara aqal dan wahyu. Alquran 62:2 dijelaskan yang artinya sebagai berikut : “Dia (Allah) yang mengutus di antara orang-orang ummi, seorang Rasul dari kalangan mereka, yang menjelaskan kepada mereka ayat-ayatNya, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya adalah dalam kesesatan yang nyata”.
Dalam pandangan penulis seorang Rasul itu mengajarkan Kitab yaitu turunnya wahyu yang diterima dari Tuhannya yang terjadi secara bertahap sesuai dengan tahapan kehidupan. Sedangkan hikmah, bisa diartikan sebagai penjelasan dan penjabaran yang bisa dimengerti umatnya tentang hakikat kebenaran wahyu yang diterimanya. Dalam kenabian Muhammad Saw., ada yang menyebut hikmah sebagai al hadits. Hikmah juga bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang terdapat di balik realitas, kejadian dan peristiwa. Dalam ungkapan sehari-hari, ketika seseorang dalam kehidupannya menghadapi suatu kejadian, peristiwa, musibah atau ujian, seringkali dikatakan untuk bisa mengambil hikmahnya.
Karena itu, hikmah bisa diartikan sebagai pengetahuan yang mendalam, suatu kearifan yang diperoleh dari balik pemahaman terhadap realitas, suatu wisdom yang lahir dari pemikiran seseorang yang mendalam dalam perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, maka hikmah sesungguhnya dapat diartikan sebagai pengetahuan filsafat, yaitu pencapaian atas kebenaran melalui pemikiran radikal terhadap realitas. Dalam konteks kerasulan yang tugasnya mengajarkan kitab dan hikmah, maka pengajaran tentang hikmah ini bisa dipahami sebagai filsafat, karena seorang rasul dalam sejarahnya juga pengajar tentang hakikat kehidupan dan makna hidup bagi manusia, yang sebenarnya menjadi inti dari flsafat.
Alquran 2:269 dijelaskan yang artinya “ Allah anugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya dan barang siapa yang medapatkannya, ia benar-benar telah dianugerahi suatu kebaikan yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengerti”. Dalam konteks ini, maka seorang nabi adalah juga seorang yang mendapat pengetahuan hikmah, yang menjadi inti dari filsafat. Seorang nabi juga bisa disebut seorang filosuf sebagai pengajar himah atau filsafat yaitu pengajar hakikat kebenaran segala sesuatu dalam hidup dan menjalaninya.
Untuk mampu mengajarkan kitab yang dikembangkan dalamsuatu hikmah, maka seorang nabi pastinya mempunyai suatu model berpikir tertentu yang memungkinkannya menembus realitas dan menemukan hakikat kebenaran di balik realitas atau kejadian. Model berpikir tersebut dipakai untuk memahami dan mendalami kebenaran melalui integrasi “aql” dan “qalb”.
Dalam Alquran 22: 46 menjelaskan yang artinya “maka tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”.
Selanjutnya dalam Alquran 33 : 21 dijelaskan yang artinya “sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan pada hari kemudian, serta mereka banyak mengingat Allah. Keteladanan nabi yang utama bagi penulis bukanlah pada perbuatannya, seperti cara makan dan memelihara jenggot saja, tetapi keteladanan beliau pada pemikirannya, karena perbuatan adalah tindak lanjut dari pemikiran, pemikiran adalah ibu kandung perbuatan. Bahkan dalam prinsip etika, perbuatan yang tidak disertai pemikiran adalah pemikiran yang tidak disadari, maka perbuatan itu tidak termasuk ranah etika, seperti perbuatan orang yang kehilangan akal sehatnya atau perbuatan orang gila.
Paradigma integratif dan interkonektif sesungguhnya dapat dimungkinkan dengan integrasinya “aql” dan “qalb” sebagai suatu metoda berpikir untuk memahami realitas. Pendekatan integratif adalah pendekatan ulul’albab yang secara jelas digambarkan Alquran 3: 190-191 yang artinya sebagai berikut : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi ulul albab, yaitu mereka yang mengingat (zikir/qalb) tentang Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan (aql, rasio) tentang penciptaan langit dan bumi ; ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia ; Mahasuci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksaan neraka.
Penjelasan Alquran di atas bisa dimengerti akan adanya proses rasional transcendental di mana 1) mengingat (zikir pada kekuasaan Allah) mendahului 2) berpikir untuk memahami dan mendalami semua ciptaanNya di langit dan di bumi,3) dan mencapai proses transendensi dengan 4) kesadaran tidak akan menyia-nyiakan semua ciptaanNya dan aktualitas perbuatan yang terhindar dari siksaan neraka. Ini menjadi metoda berpikir integratif dan interkonektif yang berada dalam jalan hidup seseorang untuk selalu mensyukuri dan menghindari siksaan neraka.
Karena itu, bagi penulis makna surat al fatihah yang dibaca setiap kali oleh seorang muslim ketika menjalankan solat, terutama saat membaca Alquran 1: 6-7 yang dijelaskan artinya : “tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang tersesat. Maka jalan lurus itu dapat dimengerti sebagai metoda berpikir yang secara konsisten dan lurus, kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan yang memberikan manfaat bagi kehidupan bersama, akan menjadi nikmat, bukan laknat apalagi tersesat.
Filsafat Islam sebagai metoda berpikir menjadi dasar bagi peradigma integrative interkonektif, yang secara sistemik menyatukan antara aql, qalb, wahyu dan realitas menjadi suatu metodologi berpikir yang bersifat rasional transcendental, dan selalu berdimensi majemuk. Karena itu, filsafat Islam sebagai metode berpikir seperti yang dijelaskan di atas, akan menjadi dasar dalam merumuskan filsafat dalam studi-studi keislaman. Dalam kaitan ini, maka seharusnya dalam setiap fakultas diajarkan filsafat Islam sesuai dengan bidang kajiannya masing masing, seperti filsafat hukum Islam di fakultas syari’ah, filsafat pendidikan Islam di fakultas tarbiyah, filsafat dakwah Islam di fakultas dakwah, filsafat eknonomi Islam di fakultas ekonomi dan bisnis dan seterusnya.
INTEGRASI DAN INTERKONEKSI SEBAGAI METODOLOGI DALAM STUDI KEISLAMAN
Dalam sebuah forum dialog di TVRI Yogyakarta, penulis selaku rektor UIN Sunan Kalijaga ditanya oleh seorang pemirsa, bahwa berubahnya IAIN menjadi UIN adalah suatu pendangkalan ilmu agama. Pertanyaan mereka itu didasarkan pada fenomena bahwa penguasaan ilmu agama pada alumni UIN lebih rendah daripada alumni IAIN dulu. Pertanyaan itu juga pernah menjadi perdebatan yang panjang di kalangan akademisi IAIN ketika kita akan berubah menjadi UIN.
Di samping itu, pandangan bahwa ilmu keislaman adalah ilmu agama masih tetap kuat di kalangan masyarakat Islam sendiri, sehingga ilmu keislaman bagi mereka adalah ilmu-ilmu agama seperti yang ada di IAIN dulu, yaitu ushuluddin, dakwah, syariah, adab dan terbiyah. Sedangkan ilmu-ilmu di luar studi agama adalah bukan ilmu keislaman. Dengan kata lain, mereka sebenarnya masih berpandangan bahwa Islam adalah agama, bukan kebudayaan, sehinga sains dan teknologi sebagai bagian dari kebudayaan, tidaklah termasuk kajian keislaman.
Karena itu, paradigm integratif dan interkonektif menjadi sangat penting dan fundamental dalam merumuskan kajian-kajian keislaman, di mana posisi Islam sebagai nilai-nilai yang mendasar dan mengikat setiap kajian keislaman yang ada dalam berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan sebagai sistem nilai, produk maupun eksistensi manusia dalam perjalanan hidupnya yang kompleks.
Dalam pandangan penulis, yang paling sulit dilakukan dalam usaha melakukan integrasi dan interkoneksi studi-studi keislaman adalah bagaimana merumuskan metodologinya. Upaya integrasi dan interkoneksi yang banyak dilakukan sekarang ini adalah mengintegrasikan dan menginterkoneksikan materi kajian dari studi studi keislaman dalam kajian ilmu-ilmu umum atau sebaliknya, seperti mengintegrasikan materi kajian kajian Islam, terutama Alquran dan Alhadits diintegrasikan dan diinterkoneksikan dengan bidang kajian-kajian ilmu-ilmu umum.
Konsep pohon ilmu ilmu keislaman (Prof Imam Suprayogo) serta konsep jaring labah-labah ilmu ilmu keislaman ( Prof Amin Abdullah) menurut pandangan penulis yang sempit ini, rasanya belum sampai merumuskan pada metodologinya. Integrasi dan interkoneksi model ini, seringkali diimplementasikan dengan melakukan integrasi infrastruktur fisik dan non fisik, termasuk material dan bahan ajar dalam pengembangan keilmuan dalam suatu konsep universitas.
Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak mengenal dualisme pendidikan dan dikhotomi keilmuan. Pendidikan harus dilakukan secara integratif, sehingga keragaman ilmu bisa saling menyapa dan menyatu dalam memecahkan persoalan kemanusiaan yang makin kompleks. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa masalah masalah kemanusiaan, seperti kesejahteraan, kemiskinan, kebahagiaan, keamanan dan perdamaian, tidaklah bisa dipecahkan dengan pendekatan tunggal keilmuan semata mata. Karena itu, pendekatan integratif dan interkonektif adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan yang semakin global ini.
http://uin-suka.ac.id/page/kolom/detail/30/paradigma-integrasi-dan-interkoneksi-dalam-perspektif-filsafat-islam
Jika kita akan menempatkan integrasi dan interkoneksi sebagai suatu metodologi, maka dalam setiap jenjang pendidikan di UIN Suka baik S1, S2 maupun S3nya, bagaimana jabaran dalam kurikulumnya. Demikian juga halnya dalam berbagai fakultas yang ada, bagaimana integrasi dan interkoneksi sebagai metodologi dapat diimplementasi-kan dalam berbagai fakultas, sehingga sehingga masing-masing keilmuan yang dikembangkan oleh setiap fakultas berada dalam ikatan metodologi yang sama, yaitu integrasi dan interkoneksi.
Semoga bermanfaat wallahu a’lamu bishshowab.

Minggu, 01 Maret 2015

Gontor Putriku ^_^

Perjalanan panjang yang ku lalui. Jatuh bangun dan bangkit kembali. Perjuangan hidup yang penuh berliku. Dan kini aku rindu, rindu akan kampung halamanku. Kampung nan damai laksana ibu kandungku. Ya.. Gontor Putri 1. Tempatku belajar banyak hal, Tempat ku belajar untuk menjadi seseorang, Dimana aku temukan siapakah aku dan bagaimanakah aku.


Disinilah aku menimba banyak ilmu. Darinya aku mengerti berjuta pengetahuan yang tak akan kalian temukan di tempat lain. In uriidu illal ishlah, mendapatkan sebuah perbaikan. Ya, di sinilah tempatnya. Di mana kita akan di tempa dengan kedisiplinannya yang penuh dengan kasih sayang. Dimana kita benar-benar akan mengerti apa itu arti sebuah perjuangan. 
Man jadda wajada, barang siapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia, Kata yang amat sangat singkat tapi memiliki sebuah filosofi yang amat sangat dalam. Itulah pelajaran pertama yang aku dapatkan darinya. darinyalah sebuah perjuangan yang hebat dapat terlaksana. Hingga pada akhirnya aku dapat menjadi sebuah mutiara yang bersinar. Di sinilah di mana mutiara mutiara itu terbentuk dengan indahnya dan akan bersinar nantinya di luar sana. 
Terus berjuang dan kobarkan semangat perjuangan. Jadilah seekor singa dengan aumannya yang dasyat. Bukan menjadi seekor singa berbulu domba. Terus berkiprah dan jadilah mujahid mujahidah islam. Tegakan kebenaran atas nama Islam lillahi ta'ala dan tancapkan bendera Gontor dimanapun kita berpijak





Rabu, 03 Desember 2014

Pancasila Orde Lama, Baru, dan Reformasi



Pancasila Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi
BAB I
A. Pendahuluan
Pancasila adalah sebagai ideologi dasar bangsa Indonesia. Yaitu sebagai nilai nilai yang mendasari segala aspek kehidupan bermasyarakat rakyat Indonesia. Terdiri dari lima sendi utama yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, dan yang terakhir keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 ini resmi ditetapkan sebagai dasar Negara Indonesia ini masih terus digunakan hingga saat ini. Penerapannyapun berbeda sesuai dengan masa yang ada. Di setiap masa, pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan Pancasila itu sendiri. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang pancasila Orde Lama, Orde Baru dan masa Reformasi yang tentunya memiliki penerapan yang berbeda beda antara satu sama lainnya. Masa Orde Lama yaitu di masa pemerintahan presiden Soekarno, Masa Orde Baru yaitu di masa pemerintahan presiden Soeharto, dan Masa Reformasi yaitu di masa runtuhnya pemerintahan presiden Soeharto. Dalam masa-masa tersebut terdapat banyak hal-hal yang belum relevan dalam penerapan pancasila tersebut. Banyak penyelewengan yang terjadi di masa-masa ini.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah penerapan pancasila di masa orde lama?
2.      Bagaimanakah penerapan pancasila di masa orde baru?
3.      Bagaimanakah penerapan pancasila di era reformasi?
4.      Bagaimanakah sisi gelap pelaksanaan Pancasils?
C.   Tujuan
1.      Mengetahui penerapan pancasila di masa orde lama.
2.      Mengetahui penerapan pancasila di masa orde baru.
3.      Mengetahui penerapan pancasila di era reformasi.
4.      Mengetahui sisi gelap pelaksanaan Pancasila.







BAB II
PEMBAHASAN

1.     Pancasila di Masa Orde Lama
Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
1.      Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun dalam prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan setelah penjajah dapat diusir. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara dengan agam Islam.
2.      Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
3.      Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak berada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinana berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.akibatnya presiden Soekarno menjado otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan Negara Indonesia. Terbukti dengan adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Dalam mengimplementasikan pancasila, presiden Soekarno melaksanakan pemahaman pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk mengarahkan perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Akan tetapi hasilnya terjadilah kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
2.     Masa Orde Baru
Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari pancasila melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa.
Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan  Pancasia sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah. Karena presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negara. Dan untuk menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga tak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada pemerintah . selain itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai dengan persetujuannya. Presiden juga melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai dapat membahayakan kekuasaannya. Maka, presiden Soeharto membentuk Departemen Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan yang lain adalah pelanggengan korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan korupsi. Tak hanya itu, pada masa ini negara Indonesia juga mengalami krisis moneter yang di sebabkan oleh keuangan negara yang tidak stabil dan banyaknya hutang kepada pihak negara asing. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM  terjadi  dimana-mana  yang  dilakukan  oleh  aparat  pemerintah  atau  negara.
3.     Era Reformasi
Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum memahami makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila harus selalu di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu.
.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Pancasila di masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa orde lama dan orde baru. Karena saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari pengalaman buruk di masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah KKN yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal. Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia Karen semakin lama ideologI Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata.
4.     Sisi Gelap Pelaksanaan Pancasila
Berikut ini adalah daftar penyelewengan dan penyimpangan terhadap Pancasila di masa orde lama, orde baru dan di era reformasi:
                   I.            Masa Orde Lama
·         Adanya penyelewengan pada sila  keempat  yang  mengutamakan  musyawarah dan mufakat  tidak dapat  dilaksanakan,  sebab  demokrasi  yang  diterapkan  pada tahun 1945-1950 adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya berfungsi  sebagai kepala negara, sedang  kepala  pemerintahan dipegang  oleh  Perdana  Menteri.  Sistem  ini menyebabkan  tidak  adanya  stabilitas pemerintahan.
·         Sistem pemerintahan tahun 1950-1959  yang  liberal  sehingga  lebih menekankan  hak-hak  individual.
·         Anggota  Konstituante  hasil  pemilu  tidak  dapat menyusun  UUD  seperti  yang  diharapkan.  Hal  ini  menimbulkan  krisis  politik, ekonomi,  dan  keamanan.
·         Pada periode 1959-1965 menerapkan demokrasi  terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai  Pancasila  tetapi  berada  pada  kekuasaan  pribadi  presiden  Soekarno.
·         Presiden Soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma yang di sebut dengan USDEK dan menyebarkan Nasionalis, Agama, dan Komunis.
·         Adanya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang ingin mendirikan negara dengan dasar Islam.

                II.            Masa Orde Baru

·         Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun.
·         Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui program P4.
·         Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif dan kritis menjadi takut.
·         Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Juli dan seterusnya.
·         Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi (keturunan) dan masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali mereka hanya dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.

             III.            Masa Era Reformasi

·         Menjadikan Pancasila sebagai ideologi tanpa memperhatikan kerelevannya.
·         Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan kepentingan politik.
·         Pemerintah kurang konsisten dalam menegakkan hukum.
·         Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah.
·         Pergantian presiden secara singkat di era reformasi.



































BAB III
PENUTUP

             Setelah di atas telah banyak di jelaskan mengenai pelaksanaan  Pancasila mulai dari orde lama, orde baru sampai reformasi, telah terlihat jelas mengenai penerapan Pancasila dari waktu ke waktu ini erat kaitannya dengan kesadaran setiap warga negara. Kesadaran untuk melaksanakan pancasila adalah buah dari akal pikiran manusia, apabila akalnya telah tertanam Pancasila maka untuk mengimplementasikannya akan lebih mudah dan terlaksana dengan baik. Dan kesadaran itu akan mencapai tingkat yang sebaiknya, apabila keadaan terdorong dan taat itu selalu ada pada kita, sehingga lambat laun melekat pada diri pribadi kita, menjadi sifat kita, lahir batin, melekat pada akal kita, melekat pada kehendak kita, baik didalam hidup kita pribadi maupun didalam hidup kita bersama dengan sesama warga keluarga, sesama warga masyarakat, sesama warga  negara, sesama manusia. Terdorong dan taat untuk melaksanakan Pancasila itu juga meliputi seluruh lingkungan  hidup kemanusiaan, baik badaniah maupun yang rohaniah, yang sosial-ekonomis, sosial-politik, kebudayaan, mental, kesusilaan, keagamaan, serta kepercayaan.



























DAFTAR PUSTAKA

Subandi Al Marsudi, 2003, Pancasila dan UUD '45 dalam Paradigma Reformasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Oetojo Oesman, 1993, Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, Karya Anda, Surabaya
Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, 2012, Pancasila Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Kencana, Jakarta